Jumat, 27 Juli 2018

Deadline Pursuer

Aku selalu penasaran kenapa aku suka banget yang namanya deadline. Aku bingung aja gitu, waktunya panjang... tapi baru kukerjain setelah mendekati deadline. Kadang malah pas hari deadline baru aku kerjain. Kalian pasti bakalan bilang aku "males" ya kan?

Oke, nggak papa. 

Yang bikin aku ngrasa aneh dan penasaran, aku selama belum deket deadline, itu cari hal lain... cari deadline lain, dan ngerjain hal lain yang sebenarnya nggak terlalu mendesak. Misal, belajar bikin aplikasi, nulis--aku suka nulis, mungkin bisa dibilang hobi, dan sebagainyalah.

Aku merasa kalo aku itu sebenarnya nggak males. Kecuali kalo lagi main game... huaalaaah... itu yang bikin males malesan. Tapi itu masa lalu. Aku udah bisa ngatasi soal main game. Sekarang aku nggak lagi berlama lama kalo main game. Dan aku udah bisa nolak ajakan main MOBA game. Itu kemajuan. Tepuk tangan buat aku. Terimakasih.

Meski kayak gitu, meski aku nggak males malesan, aku masih aja ngerjain sesuatu mendekat deadline. Kira kira gimana ya supaya aku bisa ngerjain sesuatu cepat, segera setelah nentuin deadline? Aku pernah coba dulu. Aku nentuin mau ikut lomba. Waktunya dua atau tiga bulan gitu, lupa. Nah aku kerjain langsung kan tuh dari hari aku tahu itu lomba. Waktu itu lomba nulis sih, emang aku lagi suka banget nulis dulu. Tapi apa hasilnya? Aku justru gagal ikut lomba. Aku berhenti di tengah jalan. Bosen.

Nah, itu masalahku. Aku ini cepet banget bosen. Bahkan nih ya, aku main game... baru aku download beberapa menit, langsung aku uninstall. Sampe aku dibilang nggak usah main game sama temenku, soalnya kerjanya cuma install-uninstall game. Untuk hal ini aku suka sih, jadi aku bisa lebih mudah buat ngurangi main game.

Tapi lagi nih... aku itu kalo udah suka sama sesuatu awet banget lho. Gini ceritanya aku bisa yakin kalo aku setia. Waktu SMA, itulah awal mula aku mulai suka nulis. Sebelumnya, aku sama sekali nggak kepikiran pengen nulis. Baca buku aja hampir nggak pernah, palingan baca buku kalo ada PR yang mengharuskan buka buku karena materi nggak aku hafal.

Oke lanjut. Beberapa saat kemudian, aku mulai paham tentang betapa nikmatnya nulis. Mulai dari kepala sedikit lebih plong, soalnya kaya curhat gitu ke atas kertas, sampai ke keuntungan menulis itu sendiri yang bisa jadi komersialisasi menjanjikan dan nggak ngabisin waktu karena cukup luangkan di waktu senggang. Aku menyebutnya, kegiatan sampingan yang menghasilkan.

Dan itu terus berlanjut. Aku selalu cari lomba lomba nulis buat motivasi aku belajar nulis. Pokoknya aku udah beneran deh suka sama nulis. Sampe sekarang, aku masih tetep suka dan terus belajar buat lebih baik lagi. Padahal aku tahu, dalam belajar nulis ini, aku nggak punya deadline. Dan saat aku nikmati, aku mengerjakannya hingga sekarang tanpa sadar. Waktu aku coba buka buka lagi tulisan lama, aku kadang ketawa, dan barulah aku sadari... tulisanku mulai berkembang dari sejak pertama aku nulis.

Bertambah lagi, suatu saat tulisanku dibaca teman, dan dia ikut ngerasain apa yang aku bagikan di tulisanku itu, rasanya itu seneng gimana gitu. Bisa memberi emosi ke orang lain, melalui tulisan. Aku jadi sadar, menjadikan "komersialisasi" saja tidak benar, karena menuliskan berbagai rasa berbeda dan bisa dirasakan oramg lain lebih membuat hati nyaman. Perlahan, aku terus nulis dan mengubah motivasi utama.

Sampai sekarang, entah kapan deadline aku berhenti nulis, aku dengan senang hati menulis berbagai hal. Berharap suatu saat bisa dinikmati orang lain,dan sampai perasaanku pada orang yang membaca. Betapa membahagiakannya.

Walah... kok jadi panjang ya?
Begitulah. Jadi, meski aku ini pengejar deadline, bukan berarti tidak setia. Aku bisa setia, bahkan makin cinta jika aku memang tertarik akan sesuatu. Jadi... terima salamku.

Salam,
D.D.

Minggu, 22 Juli 2018

My Movement

Perpindahan seringkali terjadi. Bahkan sangat dekat denganku. Saat di dalam rahim misalnya, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan mati. Perpindahan usia namanya. Atau, saat aku pergi dari satu tempat ke tempat lain. Saat kosan pertama tidak sesuai, pindah ke tempat lain, ke kontrakan lain. Dan adaptasi tersedia di berbagai tempat di dunia ini.

Aku baru saja pindah kos, ke kontrakan sekarang. Ini ketiga kalinya. Aku menyetujui kata orang yang bilang nyari kosan itu kaya nyari jodoh, cocok cocokan. Nyatanya, aku mencoba dulu tiap kosan selama satu semester lalu pindah di semester depan. Kalau jodoh, berarti aku telah menikahi tiga orang ya? Ngarang!

Di kontrakan baru, aku berharap bisa mendapat kenyamanan dan rasa betah. Tidur malam pertama memang mesti akan susah, tapi lama lama pasti biasa.

Ngomong ngomong soal pindah, aku juga bentar lagi pindah semester nih. Besok yudisium untuk hasil nilai akhir semester 2 yang sudah kulalui. Semoga cumlaud. Aamiin.

Semester depan, 3, pasti telah menunggu banyak mata kuliah kekomputeran yang lebih rumit lagi. Aku belum membayangkannya. Aku mulai menyukainya. Beberapa hari ini aku sibuk di depan komputer bukan sekadar nonton anime, tapi juga menghadap IDE Android Studio. Senang rasanya bisa kaya orang IT lain. Tapi... aku hanya ketinggian mengkhayal. Banyak sekali hal yang belum kupaham, dan akhirnya membuatku terhenti.. stuck... menghadap kumpulan syntax syntax java.

Ah... sudahlah. Bukan. Bukan menyerah. Aku sudahi saja curhatan ini. Sudah malam ternyata. Waktu telah berpindah dengan cepat tanpa disadari.

Ngomong ngomong, sudah cinta apa yang menjadi pilihan?

Salam,
D.D.

Jumat, 20 Juli 2018

Try to Love What We Start

Jadi mahasiswa Ilkom itu susah susah gampang. Susahnya gini, apalagi aku dari SMA dulunya. Memulai untuk koding dan lain sebagainya, itu seperti belajar bahasa alien. Ekspektasi kadang terlalu tinggi, padahal hal yang paling mudahnya saja sudah bikin pusing. Itu kesan pertama. Namun seiring berjalannya waktu, aku sadar. Bahwa menjadi mahasiswa Ilkom bukan sekadar tentang belajar dan ngoding. Tapi soal karakter yang secara tidak langsung akan membentuk diri kita sebagai seorang mahasiswa Ilkom. Adalah ulet dan teliti. 

Dua sifat itulah yang perlahan akan muncul jika sebelumnya tidak ada. Bayangkan dari ribuan kodingan syntax-syntax bahasa alien, salah satu koma saja apalagi salah menggunakan syntax. Program yang dibuat error. Memang kalau menggunakan IDE yang modern, error itu mudah ditemukan. Namun bukan soal errornya di mana, melainkan bagaimana mencari jalan keluarnya. Seringkali kita harusmembuat berbagai percobaan sebelum akhirnya bisa menyelesaikan sebuah error. Padahal, suatu program yang dibuat, tidak mungkin, apalagi dibuat oleh seorang pemula, hanya memiliki sebuah error saja. Mitos. Error masih banyak. Dan di sinilah, sifat ulet dan teliti sangat berguna.

Teliti dalam menuliskan syntax, agar tidak keliru menggunakan syntax yang lain. Ulet, mencari dan memperbaiki kesalahan dari program yang ditulis. Berulang-ulang. Kembali merangkai algoritma yang berbeda. Mencoba mengganti struktur yang lebih efektif efisien. Dan lain sebagainya. Duh... semakin berat jadinya. Lupakan sejenak.....

Kadang makanya muncul orang-orang yang berpikiran bahwa mereka salah masuk jurusan. Kalau itu aku, aku akan bilang: barangkali aku belum mencintainya saja. Jadi, apapun jurusanku aku tidak bisa menikmatinya. Aku hanya perlu berjuang dan mencoba mencintai semua yang sudah kumulai. Iya kan? Setidaknya selesaikan apa yang kita pilih untuk dimulai.

Ngomong-ngomong soal ngoding dan bikin program. Akubelum jago. Sama sekali belum jago.  Padahal aku udah di penghujung semester 2. Tinggal nunggu hasil saja Yudisium keluar dan berganti ke semester 3. Namun belum ada satu programpun yang benar-benar selesai aku buat. Semuanya bercecer, nggak ada yang selesai. Serba setengah. Padahal teman di kosan, seangkatan denganku, ia sudah dua tiga kali bisa bertengger menjadi barisan juara di ajang kekomputeran dan robotik. Aku sering malu. Aku minder. Dan hanya bisa menyayangkan diriku sendiri.

Ah... sudahlah. Aku takkan berlarut. Dan sepertinya sekian dulu curhatanku ini. Aku nggak berharap kalian baca atau berkomentar. Karena kubuat blog ini, setengah hati membuang beban pikiran. Nggak. Terlalu lebay sih. Nggak begitu. Cuma karena aku suka nulis aja sih. Dan soal curhatan ringan semacam ini, aku males bersusah payah menggunakan energi untuk ngomong. Siapa juga yang mau dengerin, kan?

Salam,
D.D.

Senin, 09 Juli 2018

Mr. D.D. - Introduction

(Jejak: Untuk Diingat/Src: Pixabay)
Kenalin dulu, namaku Dian--ke depannya panggil aku D.D. ya. Biar pada nggak salah sangka, aku bilang dulu di awal. Aku cowok. Soal aku nggak suka main bola atau nonton bola, tolong jangan nilai aku dari sana. Tapi terserah sih, aku nggak membatasi cara penilaian seseorang atas seseorang. Itu bukan hakku. Namun kalo kalian sampai menjelekkan namaku, itu sudah bukan lagi tentang penilaian. Tapi pelanggaran hukum. Nama baik! Kutuntut kau sampai dapat.

Eh, kok jadi serem? Ancam mengancam. Niatku kan cuma curhat aja. Kenapa malah jadi gini? Ah, terserah lahh....

Aku kuliah di sebuah Universitas Negeri, aku nggak mau ngasih tau di mana. Kalian cukup tahu aja kalo aku seorang mahasiswa. Dan jurusanku, Ilmu Komputer. Prodi Teknik Informatika. Kalian tahu? Aku dulu masuk sini itu pengennya di teknik Informatika, eh setelah masuk, ternyata ini Ilkom. Bukan Teknik. Kecewa, tapi akhirnya aku biasa lagi. Barangkali sebagian dari kalian mulai tahu di mana aku kuliah. Itu bukan clue, anggap aja aku keceplosan.

Aku ini tinggi, lumayan sih. Nggak tinggi tinggi banget. Sekitar 175. Kayaknya kurang dikit, 174.5 mungkin. Ah, entahlah. Yang jelas kisaran segitu. Udah lama aku nggak ukur tinggi. Badanku kurus. Harusnya dengan tinggi segitu, aku setidaknya bermassa 64 kg atau sekitarnya. Tapi aku berada di kisaran 55 kg. Kadang ini juga yang membuatku beda. Disaat semua orang pada pengen kurus, diet ini itu, aku justru mati-matian pengen gendut. Jangan ketawa!

Aku... aku nggak bakal bilang aku ganteng. Karena mukaku pas pasan. Lagipula penilaian tentang kata sifat itu sangat relatif. Aku nggak mau kalian berekspekstasi ketinggian. Nanti ketika kenyataan menampar barulah sakit, kaya dijatuhin dari lantai satu setengah. Nanggung. Malu. Tapi sakit. Nggak mati juga. Soalnya takut.

Oya, ke depannya aku bakal cerita tentang  banyak hal. Tapi ya cuma cerita gaje. Mungkin dari pengalaman atau pikiran yang lagi ngangenin sesuatu.

Tentang satu hal yang aku suka, dan kupikir beda dari cowok cowok biasanya adalah aku suka nulis. Biasanya tulisanku nggak seringan ini. Nggak pernah aku nulis nggak dengan "nggak". Kalian tahulah. Tidak. Aku selalu nulis tidak. Dan sebagainya, kecuali dalam dialog. Bahkan tadinya aku pengen mengubah aku-kau-kamu dengan gue-lo gitu. Sayangnya, aku nggak mau. Kayaknya nggak cocok aja kalo aku pake gue. Aku bukan anak Jakarta, aku bukan Raditya Dika, aku juga bukan anak-anak hits apalagi seleb seleb media sosial. Aku cuma anak desa. Itu satu fakta tentang diriku.

Ini blogku yang ke sekian. Biasanya aku lebih suka nulis serius. Ada blog yang sebenernya potensial tapi nggak aku urusin. Ada blog yang gajelas, random posting gitu. Ada blog yang providernya udah tutup. Tahulah. Itu lho yang Wap Wap itu. Mywapblog. Lupakan. Tapi, sebenernya nggak ada yang  seriuas ya dari ke semua blogku? Yalah... itulah.

Satu hallagi tentangku. Aku ini cepet bosen. Tapi  nggak pada semua hal sih. Contohnya aja, kalo belajar sesuatu yang aku suka atau penasaran, sampe sebelum aku mahir aku nggak bakal bosen. Tapi kalo contohnya kaya main game. Aku ini uninstaller game tercepat. Aku yakin. Temenku yang bilang gitu. Ya akusih awalnya nggak peduli ya. Emang itu kebiasaanku. Aku sering banget download game baru, tapi baru kubuka dan belum sempet main. Aku udah uninstall. Temenku kadang sampe kesel. Katanya, ngapain di download, ah! Ya, suka suka aku kan? Dan sejak mereka tahu itu, aku jadi ledekan kalo aku tanya mereka main game apa.Mereka bilang, jangan minta, nanti juga kau uninstall.

Yaelah! Padahal kan tahu gamenya juga belum. Jadi nyebelin kan?

Udah udah. Jadi geram sendiri lho. Hmm... udah lumayan banyak ya? Aku udahi dulu ya. Nanti postinganku jadi jelek kalo kepanjangan. Postingan kedua dan seterusnya udah berhenti bahas tentangku. Tapi bahas kehidupanku atau pandangan-pandanganku. Soal gayabahasa, aku kayaknya tetep pake bahasa gini deh. Biar lebih merakyat dan nggak kaya baca makalah. Setu kan?

Aku sebenernya penasaran, emang bakal ada yang baca postingan curhatan kayak gini ya? Gak penting. Wkwkwk....

Ups. Aku akan menghindari ketawa itu. Atau ketawa hehehe. Aku mikir, kata-kata itu nggak bener-bener ada. Lebih nikmat kalo langsung kalian lakukan. Ketawa ya ketawa aja. Jangan cuma tulisan. Yakan? Yakan? Udah ah. Jadi panjang lagi.

Dadah. Sampai ketemu curhatan selanjutnya.
Salam hangat,
D.D.